Saturday, December 12, 2009

Marwan Barghouti: Perjuangan "NELSON MANDELA" dari PALESTINA


Oleh: Musthafa Abd Rahman

Sejumlah media massa Barat menyebut Sekretaris Jenderal Faksi Fatah Marwan Barghouti (50), yang kini disekap di penjara Israel, sebagai Nelson Mandela dari Palestina.

Namun, media massa Israel menolak keras mengibaratkan Barghouti seperti Nelson Mandela. ”Tidak ada Mandela Palestina dan tidak ada Anwar Sadat Palestina”, tulis harian Haaretz.

Menyebut Marwan Barghouti yang lahir pada 6 Juni 1959 sebagai Mandela dari Palestina sesungguhnya tidak berlebihan. Ia memiliki popularitas luar biasa di kalangan rakyat Palestina dan Arab.

Ia yang mendekam di penjara Israel sejak tahun 2002, popularitasnya tidak tertandingi oleh tokoh Palestina mana pun (kecuali almarhum Yasser Arafat).

Ia memiliki karakteristik kepemimpinan sempurna seperti Yasser Arafat. Ia dikenal sebagai orang lapangan yang berinteraksi langsung dengan rakyat dan memimpin sendiri aksi perlawanan terhadap Israel di jalan-jalan kota Ramallah.

Kini namanya tiba-tiba disebut-sebut kembali sehubungan dengan dua peristiwa penting di pentas politik Palestina saat ini. Pertama, kemungkinan terjadinya suksesi kepemimpinan nasional Palestina menyusul pernyataan Presiden Mahmoud Abbas yang tidak ingin mencalonkan diri lagi sebagai presiden pada pemilu mendatang.

Opini

Opini dan media massa Arab menyebut beberapa nama kandidat pengganti Abbas. Nama yang menonjol di antaranya adalah Marwan Barghouti.

Kedua, berita semakin dekatnya tercapai kesepakatan transaksi tukar-menukar tahanan Palestina dan tentara Israel Gilad Shalit yang disekap Hamas sejak tahun 2006. Di antara tahanan Palestina yang akan dibebaskan dalam transaksi itu adalah Marwan Barghouti.

Harian Inggris, The Times, mengutip pejabat Hamas, akhir bulan November lalu, mengungkapkan, Marwan Barghouti adalah tahanan pertama yang dituntut oleh Hamas agar dibebaskan dalam konteks tukar-menukar tahanan itu.

Namun, berita rencana pembebasan Marwan Barghouti tiba-tiba menjadi persoalan menyusul Israel ingin mengasingkan Barghouti ke luar negeri.

Fadwa Barghouti (istri Marwan Barghouti) menolak isu bahwa suaminya akan diasingkan ke luar negeri. Ia menyatakan mendukung pihak Palestina yang kini sedang terlibat dalam perundingan untuk mencapai kesepakatan transaksi tukar-menukar tahanan itu.

”Biarkan mereka berunding dan saya mendukung apa pun hasil dari perundingan itu. Terpenting, para tahanan itu bisa menghirup udara bebas dan mengakhiri penderitaan di penjara,” kata Fadwa.

Salah seorang pemimpin Hamas, Ismail Ridhwan, menegaskan, Hamas menolak ide pengasingan sejumlah tahanan Palestina yang akan dibebaskan itu.

Pengamat politik Palestina, Hani Al Misri, mengatakan, ide pengasingan sejumlah tahanan Palestina harus ditolak oleh Hamas. Menurut dia, titik penting dalam transaksi nanti adalah jika berhasil membebaskan tahanan dari pimpinan Palestina, seperti Marwan Barghouti.

”Transaksi itu bisa punya makna politik dan keamanan jika berhasil membebaskan tahanan dari pimpinan Palestina itu. Namun, jika mereka diasingkan, itu merupakan titik lemah transaksi,” lanjut Al Misri.

Para analis mengatakan, apabila Barghouti dibebaskan, hal itu akan merupakan era baru dalam pentas politik Palestina karena ia dianggap tokoh yang mampu menjembatani Hamas dan Fatah.

Barghouti dikenal sebagai tokoh Fatah, tetapi dalam waktu yang sama punya hubungan kuat dengan Hamas. Ia termasuk tokoh yang mendukung perundingan dengan Israel, tetapi dalam watu yang sama sangat percaya dengan aksi perlawanan.

Para analis juga mengatakan, jika Barghouti dibebaskan, hal itu akan mendorong Presiden Mahmoud Abbas terus bertekad tidak mencalonkan diri pada pemilu Palestina mendatang.

Selama ini diyakini, Barghouti akan mudah mengalahkan Abbas dalam pemilu yang digelar secara bebas dan jujur.

Barghouti adalah tokoh yang popularitasnya tidak pernah surut. Ia—meskipun masih disekap di penjara—berhasil terpilih sebagai anggota Komite Sentral PLO pada Kongres Fatah bulan Agustus lalu di Bethlehem.

Barghouti dikenal sebagai arsitek intifadah kedua (2000-2005). ”Intifadah bukan keputusan seorang pejabat atau faksi, tetapi lahir dari tekad bersama rakyat Palestina,” kata Barghouti.

Ia pesimistis terjadi kemajuan dalam proses perdamaian di tengah kondisi dalam negeri Israel seperti sekarang.

Ia meminta PLO mengusung program nasional untuk menggerakkan perlawanan rakyat secara damai melawan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat dan Jerusalem Timur.

Barghouti sejak awal Oktober lalu menyerukan agar segera dicapai rekonsiliasi Palestina dan menerima kertas kerja yang ditawarkan Mesir untuk mencapai rekonsiliasi itu. (Kompas daily,Jumat, 11 Desember 2009 / Foto: www.associazionezaatar.org)

No comments:

Post a Comment